Review Novel Tsukuru Tazaki Tanpa Warna dan Tahun Ziarahnya Karya Haruki Murakami Bahasa Indonesia
Halo semuanya! Hari ini saya akan mereview salah satu novel Haruki Murakami, yaitu Tsukuru Tazaki Tanpa Warna dan Tahun Ziarahnya. Novel yang saya baca ini merupakan cetakan pertama tahun 2018 dengan total halaman sebanyak 345 halaman.
***
Sebelum masuk ke pembahasan apakah novel ini layak dibeli dan dibaca, mari kita bahas dulu isi novel ini secara garis besar. Novel ini bercerita tentang Tsukuru Tazaki, seorang pria yang kehilangan semangat hidup pada masa perkuliahan semester III karena diasingkan dari circle-nya.
Circle ini berisi lima orang, yaitu Aka (Merah), Ao (Biru), Shiro (Putih), Kuro (Hitam) dan Tsukuru. Bisa dilihat, keempatnya memiliki warna, hanya Tsukuru yang tidak. Hal ini membuat Tsukuru kadang-kadang menjadi bahan bercandaan oleh teman-temannya.
Circle ini sudah tercipta dan terjalin sejak lama, mereka sangatlah akrab. Masing-masing dari mereka memainkan role-nya masing-masing. Lalu, kenapa Tsukuru dibuang dari circle-nya?
Singkatnya, Tsukuru harus pergi ke Tokyo karena berkuliah, sedangkan keempat orang lainnya tetap berada di Nagoya. Tentu ini sulit, keempat orang tersebut harus bertatap muka, berkomunikasi dan mempertahankan hubungan tersebut, sementara satu orang lainnya berada di tempat yang berbeda.
Awalnya itu bukan masalah, Tsukuru bisa hidup di Tokyo, tujuan barunya. Kemudian kembali ke Nagoya, tempatnya untuk kembali. Begitulah perasaan Tsukuru. Sampai suatu hari Ia diusir, tanpa ada penjelasan yang jelas. Tsukuru menjadi depresi, setiap hari, Ia hanya memikirkan kematian.
Singkat cerita, beberapa bulan kemudian, Tsukuru berhasil bangkit, tidak lagi memikirkan kematian. Di sini, Ia bertemu seorang teman baru, Haida.
Singkat cerita lagi, setelah bertemu Haida. Haida menghilang, sama seperti keempat teman lamanya. Meski rasa sakit yang Ia rasakan tidaklah sama seperti ketika Ia dibuang oleh circle-nya dulu.
Singkat cerita lagi, pada usia 36 tahun, Tsukuru bertemu dengan Sara. Sara adalah wanita yang dicintai oleh Tsukuru. Ia dua tahun lebih tua dari Tsukuru.
Singkat cerita, Sara ingin agar Tsukuru menyelesaikan permasalahan masa lalunya. Tentu, Tsukuru mengikuti saran yang diberikan oleh Sara. Ia menemui teman lamanya satu-per-satu.
Dan ………. Singkat cerita lagi, alasan kenapa Tsukuru dibuang adalah karena Shiro menganggap bahwa Tsukuru memperkosanya. Meski sulit dipercaya, pada akhirnya ketiga orang yang lain menerima ini dan mengusir Tsukuru dari circle mereka.
Di dalam novel, disebutkan bahwa Shiro mengalami gangguan kejiwaan. Dikemudian hari, Shiro pada akhirnya mati dibunuh. Tsukuru tidak pernah mengetahui ini. Semua informasi ini baru Ia peroleh ketika menemui teman lamanya.
Singkat cerita, Tsukuru merasa bahwa Sara sebetulnya memiliki hubungan dengan pria lain. Sara berencana untuk menjawab semuanya di hari yang sudah mereka sepakati berdua. Namun, Tsukuru justru menghubungi Sara berkali-kali satu hari sebelum hari yang ditentukan.
Menyadari hal tersebut, Tsukuru mengurungkan niatnya. Pada saat Tsukuru menerima panggilan balik dari Sara, Ia mengabaikannya. Ia memilih untuk dia, mendengarkan musik dan kemudian tidur (di sini Haruki Murakami menggunakan analogi ketera api).
***
Menurut saya secara pribadi, tokoh utama pada novel ini, Tsukuru Tazaki merupakan penggambaran remaja pada umumnya. Haruki Murakami menggambarkan dengan baik bahwa di dalam sebuah kelompok, masing-masing individu pastilah menyadari role mereka masing-masing.
Ada orang yang berusaha untuk terlihat lucu, ada yang terlihat pintar, ada yang cantik dan sebagainya. Haruki Murakami menggunakan warna untuk menggambarkan role ini. Warna yang bercampur sudah pasti membutuhkan wadah agar benturan bisa teratasi. Di situlah role Tsukuru Tazaki.
Shiro mengatakan bahwa Tsukuru memiliki dua wajah, wajah depan dan belakang. Namun, kita tahu juga bahwa Shiro mengalami gangguan kejiwaan. Meski begitu, saya berpikir sebenarnya Tsukuru tidaklah sepolos itu. Memang ada sesuatu di dalam dirinya sendiri yang tidak begitu dimengertinya.
Haruki Murakami juga membahas mengenai kebingungan Tsukuru mengenai orientasi seksual di novel ini. Meski tidak eksplisit, jika kalian membacanya. Kalian pasti bisa melihat bagaimana penggambaran Tsukuru akan Haida. Tsukuru tahu dengan sedetail itu.
Juga, ini adalah karya Haruki Murakami. Unsur-unsur surealis bisa ditemukan di novel ini. Konsep mengenai kematian yang datang setelah mendengar sebuah cerita tentu terdengar konyol. Meski begitu, saya yakin sekat-sekat antara yang nyata dengan yang tak kasat mata pada novel ini bisa terjamah oleh Tsukuru yang pernah mengalami masa-masa gelap dan sepi.
Mengenai ending novel ini, saya rasa Tsukuru mati. Penggambaran yang dilakukan oleh Haruki Murakami menggunakan ketera api menandakan kesadaran dirinya yang mulai pudar dan mati perlahan-lahan.
Kurang lebih, itulah review saya tentang novel Tsukuru Tazaki Tanpa Warna dan Tahun Ziarahnya karya Haruki Murakami. Apakah kalian memiliki pendapat berbeda? Mari berdiskusi di kolom komentar. Terima kasih.
0 Comments
Posting Komentar