Review Film Love and Leashes (2022) Bahasa Indonesia
Love and Leashes (2022) |
Halo semuanya! Hari ini kita akan mereview sebuah film yang dirilis pada tahun 2022. Film ini berjudul Love and Leashes, berasal dari Korea Selatan. Apakah film ini menarik? Apakah layak untuk dinikmati? Hmm ...
Dilihat dari poster dan juga judulnya, sudah bisa ditebak kira-kira film ini memuat tentang apa. Langsung saja, kita ambil definisi dari Wikipedia.
Bondage merupakan salah satu praktik seksual yang melibatkan permainan kekuasaan antara yang mendominasi dan yang submisif. Praktik seksual ini biasanya menggunakan alat bantu berupa tali untuk mengikat pasangan - Wikipedia
Nah, tentu saja bagi orang umum seperti saya, hal semacam ini terlihat aneh. Orang-orang pasti bertanya-tanya, bagaimana mungkin seseorang mendapatkan rasa senang dari pukulan/cambukan/cacian. Meski demikian, ada orang-orang di dunia ini yang menyukai hal-hal tersebut.
Apakah ini berbahaya? Beberapa artikel sudah menjelaskan korban-korban dari BDSM. Bagaimana dengan film ini?
Saya sudah menontonnya, menurut saya adegan yang dilakukan tidaklah begitu mengerikan. Maksud saya, tidak sampai mengancam nyawa sehingga salah satu harus menjadi korban sampai meninggal. Meskipun, terlihat juga tokoh laki-laki mengalami luka di bagian punggungnya. Namun, Ia mengatakan bahwa Ia menyukainya.
Film ini berawal dari seorang pria yang pindah divisi, kemudian bertemu dengan seorang wanita yang tidak memandang rendah fantasi pribadinya. Nah, dari situlah hubungan antara tuan (dominan) dan budak/bawahan (submisif) terjadi. Tentu saja itu dilakukan dengan menggunakan kontrak.
Ada banyak hal yang dibahas di film ini. Misalnya mengenai pelecehan seksual secara verbal. Seksisme atau juga pandangan masyarakat yang kurang bisa menerima perbedaan pribadi dari orang lain. Film ini juga membahas bahwa ada DS palsu. Mereka pada dasarnya hanya ingin memenuhi kebutuhan seksual mereka sendiri.
Nah, menurut film ini, menjadi DS itu cenderung lebih mudah. Kenapa? Karena hubungannya dijalin dengan menggunakan kontrak. Tidak ada kesetaraan dari awal. Lain halnya dengan menjadi pasangan. Menjadi pasangan artinya menghadirkan kesetaraan di dalam hubungan. Meski demikian, film ini selalu mengulangi kalimat bahwa sejatinya, hubungan yang benar-benar setara itu tidak ada, pasti ada yang dominan dan ada yang submisif.
Ada berbagai macam konflik yang disorot di film ini. Di antaranya adalah tidak dipandangnya tokoh perempuan, meskipun sangat kompeten. Selain itu seksisme dan pelecehan seksual secara verbal dibiarkan begitu saja, seolah itu hal yang normal.
Di sisi lain, tokoh laki-laki pada film ini mengalami trauma masa lalu. Itu terjadi karena mantannya tidak bisa menerimanya apa adanya. Hal tersebut membuatnya sedikit sulit untuk membuat keputusan, terutama mengenai cinta.
Tentu saja kalian sudah dapat menangkap permasalahn macam apa yang mereka hadapi. Tokoh laki-laki (submisif) merasa cemburu ketika tuannya memerintahkan orang lain selain dirinya. Itu wajar, karena menurutnya, dialah satu-satunya budak dari tuannya.
Di sisi lain, sang tuan menginginkan hubungan yang lebih, bukan hanya sebagai DS. Nah ... Bagaimana ujungnya? Lebih baik kalian menonton sendiri film ini.
Secara garis besar, menurut saya, film ini layak untuk ditonton. Selain memberikan informasi kepada orang awam seperti saya, film ini juga cukup menarik. Bahwa sejatinya setiap orang pasti memiliki fantasinya masing-masing.
Selama itu dilakukan secara profesional, terjalin kontrak yang jelas, tidak merugikan dan memang dilakukan dengan persetujuan yang jelas secara dewasa, saya rasa tidak masalah. Setiap orang punya rahasianya masing-masing. Mari realistis dalam menghadapi kehidupan.
Begitulah yang ditampilkan film ini. Pada akhirnya, atasan-atasan mereka sekalipun tidaklah suci. Mereka memiliki hal-hal yang mereka sembunyikan juga. Itulah kenyataan hidup. Ada ruang publik ada ruang private.
Menurut saya film ini cukup menarik untuk dilihat, jika kalian memiliki waktu kosong dan bingung ingin menonton apa, saya rasa tidak ada salahnya untuk mencoba yang satu ini. Semoga menghibur.
Baik, sekian review film kali ini, terima kasih.
0 Comments
Posting Komentar